Saduran oleh La Ode Ichram tahun 1996, dari tulisan La Ode Tanziylu
terjemahan Buku Tembaga yang judul aslinya (ASSAJARU HULIQA DAARUL
BATHNIY WA
DAARUL MUNAJAT dan tulisan La Ode Zaenu "Buton dalam Sejarah
Kebudayaan”.
Ikhtisar Adat Istiadat dan Budaya Masyarakat Buton oleh Yayasan
Keraton
Wolio Buton
Pada tahun III (Hijriah atau tepatnya pada tahun 624 M, yang mana
Rasulullah
SAW selesai mengerjakan Shalat Fardhu Shubuh berjamaah bersama-sama para
sahabat dan pengikut dari Kaum Muhajirin maupun Kaum Ansyardalam Mesjid.
Beliau
di Madinah (Masjid Quba). Seperti biasa selesai mengerjakan shalat
fardhu para
sahabat, pengikut dari kaum Muhajirin maupun Ansyar tidak langsung
pulang ke
rumah masing-masing, tetapi mendengarkan petuah atau nasehat dari
Rasulullah
SAW tentang segala hal yang belum mereka ketahui. Tatkala Rasulullah SAW
sedang
memberikan petuah atau nasehat, tiba-tiba terdengarlah oleh mereka suara
dentuman sebanyak tiga kali berturut-turut, lalu dari salah seorang
sahabat
bertanya kepada beliau : Ya Rasulullah bunyi apakah gerangan tadi?,
kemudian
Rasulullah menjawab : Sesungguhnya bunyi dentuman yang baru kita
dengarkan
bersama tadi adalah : Menurut firman Allah SWT yang telah diwahyukan
kepadaku
melalui Hadits Qudsi "bahwa jauh dari sebeleh Timur Arabia ini ada dua
gugusan
tanah yang telah lama muncul dari permukaan laut untuk memperkenalkan
dirinya kepada
dunia.
Sedang menurut "Sabda Rasulullah SAW” bahwa manusia yang menjadi
penghuni kedua
negeri itu sebagian besar akan mengikuti seruanku yaitu beriman dan
bertaqwa
kepada Allah SWT. Oleh karena itu sebelum kita didahului oleh bangsa
lain untuk
menginjakkan kakinya pada kedua negeri tersebut lebih baik kita yang
mendahului.
Kemudian Rasulullah SAW mengutus salah seorang sahabatnya untuk mencari
kedua
negeri tersebut, akan tetapi sahabat yang ditunjuk beliau masih merasa
takut.
Selain itu situasi di Madinah saat itu masih dalam keadaan berkabung
karena
perang. Akhirnya pencarian kedua negeri tersebut ditangguhkan sambil
menunggu
keadaan Negeri Madinah normal kembali.
Karena gagal menunjuk salah seorang sahabat serta tidak ingin didahului
oleh
bangsa lain, Rasulullah SAW segera mengadakan musyawarah bersama para
sahabatnya untuk membahasa rencana pencarian kedua negeri tersebut.
Dalam
musyawarah disepakati bahwa akan diutus dua orang bersaudara yaitu
saudara
Rasulullah SAW sendiri yang belum disebutkan namanya.
Kemudian pada tahun VII (ketujuh) Hijriah, Rasulullah SAW mengutus dua
orang
bersaudara (kakak beradik) yaitu saudara beliau dari Bani Hasyim untuk
mencari
kedua negeri yang dimaksud, yaitu masing-masing bernama :
1. Abdul Gafur, ahli Biologi
2. Abdul Syukur, ahli Antropolgi
Dalam suatu musyawarah yang dihadiri Ali bin Abithalib bersama istrinya
Fatimatuh Zuhra (Fatima Az-Zahra) serta para kerabat tertentu. Dengan
keputusan
yang telah diambil. Rasulullah SAW berpesan kepada semua yang hadir agar
hasil
keputusan tersebut tidak disiarkan kepada yang lainnya. Sebab apa yang
telah
dibahas menyangkut ilmu Nabi dan bukan ilmu Rasul. Kemudian Rasulullah
SAW
berpesan kepada kedua utusan tersebut dengan sabda yang artinya :
Bawalah kedua bendera ini, dan pasanglah pada tiap-tiap negeri yang
saudara-saudara jumpai. Adalah sebagai bukti yang menunjukkan bahwa
kedua
negeri itu adalah penemuanku. Dan perlu saudara-saudara sama maklumi
bahwa
hakekat dan rahasia isi hatiku pada kedua negeri dimaksud sangat erat
dengan
keadaanku, baik dalam bathinia maupun dalam lahiriah, dan ini adalah
salah satu
titipan sepeninggalku nanti pada saudara-saudara sebagai pusaka dariku
untuk
diwariskan kepada generasi penerus yang menjadi penghuni kedua negeri
tersebut.
Karena dari Mekah, Madinah dan kedua negeri yang kusesuaikan dengan
susunan
rangkaian namaku Muhammad yang empat hurufnya akan kujadikan pula
menjadi
hakekat rahasia yang terkandung dalam tiap-tiap huruf namaku menjadi
nama
keempat negeri yang dimaksud yaitu Mekkah, Madinah dan kedua negeri yang
akan
dicari oleh saudara-saudara utusanku.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi, yang artinya :
1. Mekkah itu kutamsil ibaratkan kepalaku dan makam hakekatnya dikandung
huruf
MIM awal dari rangkaian namaku Muhammad
2. Dan Madinah ini kutamsil ibaratkan badanku, dan makam hakekatnya
dikandung
huruf HA dari rangkaian huruf namaku Muhammad
3. Dan tanah yang mula-mula dijumpai oleh saudara-saudara utusanku,
adalah
kutamsil ibaratkan perutku dan kunamai di Bathniy (bathnun) yang artinya
perutku. Sebagaimana yang tersebut tadi maka hakekatnya dikandung huruf
MIM
kedua dari rangkaian huruf namaku Muhammad
4. Sedangkan tanah yang terakhir dijumpai oleh kedua utusanku adalah
kutamsil
ibaratkan kedua belah kakiku yaitu Rijalaan (Rijlun) artinya kedua belah
kakiku, sebagaimana tersebut diatas dan makam hakekatnya dikandung huruf
DAL,
dari rangkaian huruf namaku Muhammad dan kunamai dia Munajat (tujuan)
Selanjutnya beliau bersabda lagi, sebagai berikut :
Menurut hakekat rahasia keyakinan hatiku, kedua negeri tersebut kunamai
dia
masing-masing BATHNIY dan RIJALAANI.
Karena Mekkah itu menurut rahasia keyakinan isi hatiku adalah kutamsil
kepalaku, dan kita semua maklumi bahwa pada tiap-tiap kepala manusia
mengandung
suatu makam "DI MAQHA” namanya. Di Maqha inilah letaknya Mekkah itu yang
kurangkaikan dengan MIM awal dari rangkaian huruf namaku sebagaimana
yang saya
katakan tadi. Karena di Mekkah lah mulai terbuka pikiranku untuk
memperjuangkan
kebenaran Islam sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW :
WAL MAKKIYAH WARA’SUUKAL MIIMIL AWALI ALAA SUURATIL MUHAMMAD
Artinya :
Mekkah itu adalah kepalaki huruf MIM awal dari rangkaian namaku Muhammad
Begitu pula dengan Yatsrib atau MADINATUN NABI artinya Kota Nabi, adalah
kutamsil ibaratkan badanku karena didalam badan manusia atau dada
manusia itu
merupakan suatu makam yang mengandung hati dalam hakekatnya dikandung
huruf HA
dari rangkaian huruf namaku Muhammad. Dan Hadits Rasulullah SAW berbunyi
:
ALMADINAYAH WAL BADAANU KAL HA ALAA SUURATI MUHAMMAD
Artinya :
Madinah itu adalah dadaku huruf HA dari rangkaian huruf namaku Muhammad
dan
kutamsil ibaratkan dadaku.
Karena dalam sabda beliau yang artinya :
Dan Madinah inilah saya mengumpulkan semua kekuatan, pikiran maupun
tenaga
dengan tulus dan ikhlas karena Allah SWT, bersama para sahabat dan
pnegikut-pengikut ku baik dari kaim Muhajirin maupun kaum Ansyar untuk
mempertahankan kemegahan Islam yaitu agama yang benar dan lurus disisi
Allah
SWT.
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, yang artinya :
Demikian pula pertama yang dijumpai dari kedua saudara-saudara utusanku,
saya
namai Bathniy atau perutku, karena semua dalam perut itu sebagian
melalui
jantung. Itulah sebabnya saya namai Bathniy sebab di negeri itu
merupakan suatu
HAZANA bagiku untuk kujadikan pembendaharaan penyimpanan hakekat rahasia
agama
yang kuperjuangkan dan mengenai hubungannya dengan Allah SWT.
Sebagaimana
disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
WAL BATHNIY KALMIYMITS TSAANI ALAA SUURATI MUHAMMAD
Artinya :
Bathniy kutamsil ibaratkan perutku dari huruf MIM kedua rangkaian namaku
Muhammad
Artinya :
Demikian inilah saya bertanya, Diperut siapa engkau tampak, Karena
engkau suka
butuni, Kuartikan butuni mengandung, Yang terdapat dalam Al Qur’an,
Disitu pula
Nabi bersabda, Menjadi asal sebab tanah Wolio, Demikian ini awalnya
Wolio,
Tidak selesai kuceritakan semua, Sebabnya bernama butuni, Karena
menempati
derajat yang tinggi.
Dan sabdanya lagi yang artinya :
Sedang negeri terakhir yang ditemui oleh kedua saudara utusanku,
kutamsil
sebagai kedua belah kakiku dan kunamai Munajat.
Karena bunyi dentuman yang pertama menandakan bahwa negeri itulah yang
pertama-tama memperkenalkan dirinya kepada dunia. Bertepatan dengan
bunyi
dentuman tersebut Munajatnya pula doa saya kehadirat Allah SWT untuk
memohon
syafaat kepada semua umat pengikut Ku dan kumohonkan petunjuk yang benar
bagi
manusia yang berada ditempat kejahilan dan kekafiran. Mudah-mudahan
mereka
beriman dan taqwa kepada Allah SWT.
Beliau bersabda lagi :
WAL MUNAJAT RAJALAANIY KAL DAL ALAA SUURATI MUHAMMAD
Artinya :
Negeri Munajat adalah kedua belah kakiku huruf DAL dari rangkaian huruf
namaku
Muhammad
Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi :
Artinya :
Wahai saudara utusanku Abdul Gafur dan Abdul Syukur, berangkatlah
sebagai
pelaksanaan Jihad Fisabilillah.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda lagi :
WALAA TAHZAN INALLAHA MA’NAA
Artinya :
Dan janganlah takut dan gentar, Allah SWT bersama kita.
Ambillah kedua bendera ini, dan pasangkanlah satu persatu di negeri yang
saudara-saudara jumpai dan pesanku pada saudara-saudara, laksanakanlah
dengan
hati yang hati yang tulus ikhlas untuk keagungan dan kemuliaan nama
saudara-saudara dan merupakan lambang bukti perjuangan saudara-saudara
yang
menghiasi lembaran sejarah dikemudian hari.
Kemudian kedua utusan ini menerima kedua bendera tersebut dari tangan
Rasulullah SAW. Kedua bendera tersebut berwarna sama yaitu hijau ditulis
aksara
Arab dengan hiasan sulaman benang emas berbunyi " LAILAHA ILALLAH
MUHAMMADAR
RASULULLAH” (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah).
Dengan diiringi doa dan restu dari Rasulullah SAW, sahabat-sahabat dan
keluarga
yang ditinggalkan, mudah-mudahan pencarian kedua negeri tersebut oleh
kedua
utusan dikabulkan oleh Allah SWT dan kembali ke Negeri Medinah dalam
keadaan
selamat. Maka berangkatlah kedua utusan tersebut meninggalkan Medinah
menuju
Jeddah untuk mengarungi lautan dan samudera, guna mencari kedua negeri
yang
diwasiatkan oleh junjungan kita yang mulia Nabi Besar Muhammad SAW, yang
dilengkapi dengan hakekat bahtera (kapal) dan skema hubungan keempat
negeri
seperti yang disebutkan.
Kedua utusan Rasulullah SAW tidak langsung menemukan kedua negeri yang
diwasiatkan, tetapi Abdul Gafur dan Abdul Syukur mengembara ke beberapa
negeri
seperti Johor, Pasai dan Cina dan masih banyak lagi negeri-begeri yang
dilewati, tetapi tidak diriwayatkan oleh kedua utusan tersebut. Sehingga
pengembaraan untuk mencari kedua negeri yang diwasiatkan oleh Rasulullah
SAW
menghabiskan waktu kurang lebih 60 tahun.
Penemuan kedua negeri oleh utusan Rasulullah SAW tersebut, mengenal asal
mula
terjadinya negeri Buton dan Muna seperti yang diriwayatkan oleh kedua
utusan
tersebut, adalah bertetapan dengan malam Nisif Sya’ban yaitu lima belas
malam
bulan di langit yang malam itu bertetapan dengan 60 tahun setelah
wafatnya
Rasulullah SAW, berarti telah memasuki abad VII. Saat itulah kedua
utusan
Rasulullah SAW tiba di suatu negeri yang belum dihuni oleh manusia.
Dari kejauhan nampak oleh mereka daratan, yang baru dilihat oleh salah
seorang
dari kedua utusan tersebut, lalu berkata "BATHA GAFURA” artinya pasir
gafur dan
kata yang diucapkan salah seorang utusan Rasulullah SAW diabadikan
menjadi
sebuah nama kecamatan yaitu Kecamatan Batauga (sekarang wilayah
Kabupaten
Buton). Kemudian kedua utusan tadi terus menyusuri pantai dan salah
seorang
dari kedua utusan berkata lagi bahwa : pinggir pantai yang baru kita
jumpai ini
bagaikan pinggiran pantai Masyira (Mesir), kemudian kakak beradik Abdul
Gafur
dan Abdul Syukur selaku mandataris dari Rasulullah SAW mendarat di
negeri yang
baru mereka temukan untuk melakukan penyelidikan.
Setelah meneliti keadaan negeri yang baru ditemukan tadi, Abdul Gafur
menulis
pada sebuah batu bunyinya "MASYIRA”. Namun sayang prasasti yang ditulis
itu,
sekarang sudah hilang karena waktu dan keadaan. Tulisan tersebut
diabadikan
menjadi nama sebuah desa yaitu Desa Masiri (wilayah Kec. Batauga Kab.
Buton).
Setelah mengitari daerah pantai dan menulis batu prasasti, kedua utusan
tersebut mencari dataran tinggi. Seharian penuh mereka berjalan dan
setelah
matahari terbenam keduanya baru beristirahat untuk melaksanakan Shalat
Fardhu
Maghrib. Selesai melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim,
tiba-tiba
terdengar oleh keduanya suara adzan. Kedua utusan Rasulullah SAW itu
kaget,
sebab di negeri yang baru mereka temukan itu belum mempunyai penghuni
manusia.
Lalu kedua utusan itu mencari arah datangnya suara yang baru
didengarnya, dari
kejauhan nampak sebuah lubang menyerupai gua yang masuk lurus ke dalam
tanah.
Diamatinya lubang tersebut dengan cermat lalu salah seorang dari kedua
utusan
berkata, bahwa suara saudara kita "ZUBAIR” sedang menyuarakan adzan
Zhohor dan
didalam gua itu samar-samar terlihat Hajar Aswad di Mekkah sedang
berdzikir.
Melihat kenyataan itu kedua utusan tersebut langsung mengerjakan shalat
Fardhu
Zhohor, sekalipun mereka belum lama melaksanakan Shalat Magrib. Itulah
sebabnya
masyarakat Buton zaman dulu apabila melaksanakan Shalat Idul Fithri dan
Idul
Adha selalu masuk waktu Zhohor karena bersama dengan di Mekkah (kepala).
Pendengaran dan penglihatan kedua utusan itu tersebut bukan seperti
penglihatan
dan pendengaran kebanyakan orang, tetapi atas kehendak Allah SWT
sehingga dapat
melihat dan mendengar bukan dengar bentuk lahiriah. Dari legenda
tersebut bahwa
jika kakek, nenek, ayah dan ibu atau saudara kita yang sudah meninggal
dunia
dapat dilihat dari lubang tersebut.
Dimulut gua inilah Abdul Gafur menulis aksara Arab yang berbunyi "BATHN”
dan
tulisan tersebut sampai sekarang masih ada, namun telah ditutupi oleh
pondasi
Masjid Agung Keraton Buton sebagai Muhabat Utama.
Abdul Gafur dan Abdul Syukur merahasiakan keberadaan gua yang mereka
temukan
karena penuh dengan rahasia dan merupakan pusat tanah (pusat dunia),
sehingga
masuk di akal apabila Rasulullah SAW menamainya Bathniy atau perut. Dan
disinilah kedua utusan memasang bendera Rasulullah SAW, yang sekarang
diabadikan menjadi tempat tiang bendera Kerajaan atau Kesultanan Buton.
Kedua utusan tersebut menyimpulkan bahwa negeri yang baru mereka temukan
itu
berasal dari segumpal buih air laut dan tanahnya masih muda usia. Dari
daratan
Bathniy/Bathn/Buton, diseberang laut terlihat oleh kedua utusan itu
sebuah
daratan lain. Kemudian didatanginya daratan tersebut dari daratan Buton.
Sesampainya ditempat yang mereka tuju, keduanya mengadakan penelitian
untuk
mengetahui keadaan tanah daratan yang baru mereka temukan. Lalu mereka
mencari
dataran yang letaknya lebih tinggi, setibanya kedua utusan tadi
menemukan batu
berbentuk pohon sehingga tempat itu mereka namai "SIRATUL HIJIR” artinya
Pohon
Batu.
Pohon batu yang ditemukan oleh kedua utusan Rasulullah SAW tersebut
tumbuhya
dipinggir tebing dan disinilah Abdul Gafur dan Abdul Syukur memasang
bendera
Rasulullah SAW seperti yang dipasang pada negeri yang pertama mereka
temukan
yaitu negeri Bathniy. Kemudian mereka menulis nama negeri itu "MUNAJAT”
yang
sekarang disebut "MUNA” maksudnya adalah isi kandungan hakekat rahasia
Mina kota
Arab lama.
Penelitian yang dilakukan oleh kedua utusan itu mengatakan bahwa negeri
Munajat
kejadiannya dari pecahan kabut atau FILIYIN yang telah pijar merupakan
suatu batu
Nuqthah adalah titik BAH yang penuh berkah merupakan salah satu iradat
Allah
SWT.
Adapun asal kejadian Buton menurut hasil penyelidikan kedua utusan
Rasulullah
SAW adalah berasal dari segumpal buih pecahan batu Nuqthah tadi, dan
atas izin
Allah SWT sebagai HALIQUL ASY YAI yang menjadikan alam semesta dan
segala
isinya, akhirnya buih yang dimaksud menjadi segumpal tanah.
Dari kedua penelitian tersebut diartikan bahwa negeri Buton lebih muda
umurnya
daripada negeri Muna. Buton lebih dahulu dihuni oleh manusia dan
berkahnya
melebihi negeri Muna. Sedang penghuni-penghuninya adalah wali-wali Allah
SWT
yang alim. Selanjutnya menyebar keberbagai daerah seperti kedua utusan
Rasulullah SAW Abdul Gafur dan Abdul Syukur, setelah menetap beberapa
saat di
negeri Buton dan Muna, keduanya kembali dan pindah ke negeri Pasai,
Johor dan
Cina, yang merupakan alur perjalanannya dari Jeddah (Mekkah) dan tidak
kembali
lagi ke negeri asalnya Madinah seperti harapan keluarganya.