1. Benteng Rotterdam (Fort Rotterdam), Ujung Pandang. 1545 Fort
Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah
benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di
pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I
manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya
benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja
Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu
padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.
Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak
merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi
Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu
pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
2. Benteng Keraton Buton (Buton Hill Fort), Bau bau. 1597
Benteng
Keraton Buton merupakan salah satu objek wisata bersejarah di Bau-bau,
Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2006 Benteng ini masuk daftar Genuiness
World Records sebagai Benteng terluas di Dunia. Benteng peninggalan
Kesultanan Buton tersebut dibangun pada tahun 1597 oleh Sultan Buton III
bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin. Pada awalnya,
benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun
mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas
antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai
benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama
La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu
tersebut dijadikan bangunan permanen. Pada masa kejayaan pemerintahan
Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton Buton memberi pengaruh
besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat
abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh.
3. Benteng Belgica (Fort Belgica), P. Banda. 1611
Benteng
Belgica pada awalnya adalah sebuah benteng yang dibangun oleh bangsa
Portugis pada abad 16 di Pulau Neira, Maluku. Lama setelah itu, di
lokasi benteng Portugis tersebut kemudian dibangun kembali sebuah
benteng oleh VOC atas perintah Gubernur Jendral Pieter Both pada tanggal
4 September 1611. Benteng tersebut kemudian diberi nama Fort Belgica,
sehingga pada saat itu, terdapat dua buah benteng di Pulau Neira yaitu;
Benteng Belgica dan Benteng Nassau. Benteng ini dibangun dengan tujuan
untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli
perdagangan pala oleh VOC.
4. Benteng Portugis (Fort Portugis), Jepara. 1632
Benteng
Portugis, adalah sebuah benteng peninggalan sejarah yang terdapat di
desa Banyumanis yang berdekatan dengan desa Ujung Batu, Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Konon benteng tersebut
diperkirakan dibangun Pemerintah Mataram pada tahun 1632 sebagai pusat
pertahanan untuk menghalau musuh yang datang dari Laut Jawa.
Saat ini Benteng Portugis merupakan salah satu tempat wisata unggulan
di Kabupaten Jepara. Lokasi benteng tersebut juga berdekatan dengan
Pulau Mandalika.
5. Benteng Malborough (Fort Malborough), Bengkulu. 1713
Banteng
Marlborough (Inggris:Fort Marlborough) adalah benteng peninggalan
Inggris di kota Bengkulu. Benteng ini didirikan oleh East India Company
(EIC) tahun 1713-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai
benteng pertahanan Inggris.Hari ini i-dus.comtentang” 10 Benteng
tertua di Indonesia[PIC++] cekidot gan
.Konon, benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur
setelah benteng St. George di Madras, India. Benteng ini didirikan di
atas bukit buatan, menghadap ke arah kota Bengkulu dan memunggungi
samudera Hindia. Benteng ini pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu;
sehingga penghuninya terpaksa mengungsi ke Madras. Mereka kemudian
kembali tahun 1724 setelah diadakan perjanjian. Tahun 1793, serangan
kembali dilancarkan. Pada insiden ini seorang opsir Inggris, Robert
Hamilton, tewas. Dan kemudian di tahun 1807, residen Thomas Parr juga
tewas. Keduanya diperingati dengan pendirian monumen-monumen di kota
Bengkulu oleh pemerintah Inggris. bertemakan
6. Benteng Vastenberg (Fort Vastenberg), Solo. 1745
Benteng
Vastenburg adalah benteng peninggalan Belanda yang terletak di kawasan
Gladak, Surakarta. Benteng ini dibangun tahun 1745 atas perintah
Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff. Sebagai bagian dari pengawasan
Belanda terhadap penguasa Surakarta, benteng ini dibangun, sekaligus
sebagai pusat garnisun. Di seberangnya terletak kediaman gubernur
Belanda (sekarang kantor Balaikota Surakarta) di kawasan Gladak.
Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat
penonjolan ruang yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok
benteng terdapat parit yang berfungsi sebagai perlindungan dengan
jembatan di pintu depan dan belakang. Bangunan terdiri dari beberapa
barak yang terpisah dengan fungsi masing-masing dalam militer. Di
tengahnya terdapat lahan terbuka untuk persiapan pasukan atau apel
bendera.
7. Benteng Victoria (Fort Victoria), Ambon. 1775
Benteng
Victoria merupakan tempat bersejarah yang terletak tepat di pusat kota
Ambon. Benteng tertua di Ambon ini dibangun oleh Portugis pada tahun
1775, yang selanjutnya diambil alih oleh Belanda. Belanda kemudian
menjadikan benteng ini sebagai pusat pemerintahan untuk mengeruk harta
kekayaan masyarakat pribumi, berupa rempah-rempah yang melimpah di bumi
Maluku.
Pada masa pemerintahan Belanda, benteng ini berfungsi strategis, yakni
sebagai pusat pemerintahan kolonial. Di depan benteng terdapat
pelabuhan yang digunakan sebagai jalur perhubungan laut antar pulau.
Melalui pelabuhan ini pula kapal-kapal Belanda mengangkut hasil
rempah-rempah untuk didistribusikan ke beberapa negara di benua Eropa.
Bersebelahan dengan benteng ini, juga terdapat pasar yang menjadi tempat
untuk mempertemukan komunitas para pedagang pribumi. Benteng ini juga
digunakan sebagai tempat pertahanan dari berbagai serangan masyarakat
pribumi yang melakukan perlawanan. Dan, tepat di depan benteng inilah
pahlawan nasional bernama Pattimura digantung, yakni pada tanggal 6
Desember 1817.
8. Benteng De Kock (Fort De Kock), Bukittinggi. 1825
Fort
de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota
Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Fort de Kock juga nama lama
Bukittinggi.
Benteng ini dibangun semasa Perang Paderi pada tahun 1825 oleh Kapt.
Bauer di atas Bukit Jirek dan awalnya dinamai Sterrenschans. Kemudian,
namanya diubah menjadi Fort de Kock, menurut Hendrik Merkus de Kock,
tokoh militer Belanda.
Di tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.
9. Benteng Du Bus (Fort Du Bus), Papua 1828
Fort Du Bus merupakan benteng pertama pasukan Hindia Belanda yang berdiri di Papua. Berdiri pada 24 Agustus 1828.
Berdirinya benteng ini menandai dimulainya koloni Hindia Belanda di
Papua. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jenderal Hindia
Belanda yang berkuasa saat itu, L.P.J. Burggraaf du Bus de Gisignies.
Meskipun daerah Papua sudah sejak tahun 1823 dianggap oleh pemerintah
Belanda sebagai bagian dan tanah jajahan Belanda di Kepulauan
Nusantara, kekuasaan pemerintah jajahan itu baru sungguh-sungguh
terwujud di Papua pada akhir abad ke-l9.
10. Benteng Pendem, Cilacap. 1861
Benteng
Pendem Cilacap (Belanda: Kusbatterij od de Lantong te Cilacap),
dibangun 1861, adalah benteng peninggalan Belanda di pesisir pantai
Teluk Penyu kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Bangunan ini merupakan bekas
markas pertahanan tentara Hindia Belanda yang dibangun di area seluas
6,5 hektar secara bertahap selama 18 tahun, dari tahun 1861 hingga
1879. Benteng pendem sempat tertutup tanah pesisir pantai dan tidak
terurus. Benteng ini kemudian ditemukan dan mulai digali pemerintah
Cilacap tahun 1986.
Benteng
Pendem dahulunya merupakan markas pertahanan tentara Belanda di
Cilacap, Jawa Tengah yang didesain oleh arsitek Belanda. Benteng Pendem
difungsikan hingga tahun 1942. Ketika perang malawan Pasukan Jepang,
benteng ini berhasil dikuasai Jepang. Tahun 1941, Jepang meninggalkan
benteng ini karena kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu;
sehingga, benteng ini diambil alih oleh TNI Banteng Loreng Kesatuan Jawa
Tengah. Dalam penguasaan TNI, benteng ini digunakan para pejuang
kemerdekaan berlatih perang dan pendaratan laut.
|